Abon dan Balado Ikan Baby Tuna Kuliner Khas Pulau Sapeken yang Legendaris

Pekaaksara

Balado ikan baby tuna yang legendaris di Pulau Sapeken (Foto:pekaaksara.com)

pekaaksara.com, SumenepJika merasa bosan dengan mengonsumsi ikan, rumput laut maupun singkong dengan cara itu saja, mungkin bisa dengan cara lain agar tidak merasakan hal sama.

Seperti yang dilakukan oleh ibu Thahira As’ad Andullah pemilik ‘Dapur Emmak’. Dia menyulap daging ikan menjadi abon yang kini banyak diminati berbagai kalangan.

Begitu juga dengan singkong, sukun dan rumput laut yang dirubah bentuk menjadi camilan dengan cita rasa yang nikmat. Pun ada makanan olahan seperti balado dari ikan baby tuna, diolah menjadi pelengkap makanan yang sangat lezat dan mungkin berbeda dengan yang lainnya.

Untuk pilus, memiliki banyak varian rasa. Ada manis, keju dan macam lainnya. Total usaha yang dirintisnya itu ada sebanyak 15 produk. Semuanya best seller.

Usaha asli milik warga Sapeken, Sumenep itu komuditasnya diambilkan dari pagerungan asli. Dia merintis usaha abon ikan sejak tahun 2018, dan khusus camilan, sambel dan semacamnya itu dimulai sejak tahun 2019.

Usaha yang berlokasi di Pulau Sapeken itu telah menarik ribuan masyarakat untuk menikmatinya. Pemesan ada yang dari Jakarta, Sulawesi, Arab Saudi dan di Sumenep sendiri.

Pesanan yang diterimanya setiap hari tidak terlepas dari puluhan bungkus abon, cemilan, pilus dan balado ikan baby tuna. Jika pesanan yang diterimanya puluhan, setiap harinya bisa mencapai omzet Rp500 ribu sampai Rp1 juta.

Berbeda ketika ada pesanan khusus, yang biasanya setiap hari capai ratusan bungkus. Estimasi hasil yang didapatnya mulai dari Rp1 juta keatas. “Jika dikalkulasi pendapatan per bulannya, estimasinya puluhan juta rupiah,” ujar Thahira, Jumat (26/5) saat ditemui media pekaaksara.com di kediammnya, Pulau Sapeken kemarin.

Jika hendak memesan camilan, balado ikan baby tuna, pilus maupun olahan lainnya milik Thahira dan melebihi dari 500 bungkus, perlu konfirmasi jauh-jauh hari. Minimal satu minggu sebelumnya.

Harga sendiri, untuk abon ikan dan sambal Thahira mematok Rp25 ribu berat 100 gram. Camilan dan lainnya dipatok Rp10-15 ribu berat 100-200 gram. Produknya sudah berleber Halal.

Sebelum Thahira mencapai puncak kejayaannya seperti saat ini, dirinya mengaku berangkat dari nol. Awalnya dia mengikuti pelatihan yang diberikan oleh salah satu perusahaan ternama di Pagerungan. Sebut saja KEI.

Dulu ibu Thairah merupakan karyawan di perusahaan tersebut sekaligus sebagai ibu rumah tangga dari dua anak.

Thahira kini sudah menikmati hasil dari proses yang dilaluinya dalam bertahun-tahun itu. Bahkan, dia mengaku dapat meningkatkan perekonomian dalam keluarganya.

“Alhamdulillah, berkat doa dan usaha serta dukungan banyak orang kini usaha yang dimiliki ini bisa membantu perekonomian saya dan keluarga,” ungkapnya.

Berkat kegigihannya membangun usaha, kini omzet yang didapatnya mencapai puluhan juta per bulan.

Dapur emmak menjadi identitas dari usahanya, awal mulanya terinspirasi dari manager perusahaan KEI. Manager itu memanggilnya dengan sebutan emmak (Ibu) setiap harinya. Apalagi, kata dia, dirinya merupakan karyawati yang usianya paling tua dari yang lain.

Sehingga, kata dia, label itu menjadi sebuah kebanggaan tersendiri baginya hingga sekarang. Selain sebutan yang setiap harinya dirinya terima, emmak (ibu) adalah ciri khas anak Madura ketika memanggil ibunya sendiri. (*)

Baca Juga

Tinggalkan komentar

PASANG IKLAN DI SINI