BANDUNG, pekaaksara.com – Detasemen Khusus (Densus) 88 berhasil menyambar sel aktif kelompok teror dibalik bom Astana Anyar, Bandung, yang terjadi 7 Desember 2022 lalu.
Bom bunuh diri itu sempat menyisakan teka-teki yang belum terjawab. Seperti, siapa pembuat dan dari mana asal bom itu.
Kini, semuanya sudah terungkap atas kerja konkret Detasemen Khusus (Densus) 88 Anti Teror. Berikut uraian lengkapnya.
Pelaku utamanya adalah Agus Muslim. Bom bunuh diri itu seolah-olah dilakukan satu orang. Namun, tidak. Justeru ada pendukung dibalik itu.
Sebuah bom untuk amaliyah teror tidak mungkin dibuat oleh satu orang. Terlebih lagi oleh “pengantin” yang melakukan bunuh diri.
Kurang lebih delapan bulan usai kejadian, seluruh tim Densus 88 dikerahkan langsung oleh Kadensus 88, Irjenpol. Marthinus Hukom, untuk menyatukan berbagai petunjuk yang masih berserakan dan belum terkoneksi satu dengan yang lain.
Mengingat, tahun-tahun ke depan bangsa Indonesia akan menghadapi pesta demokrasi, dikwatirkan kejadian serupa terulang kembali diwaktu atau tempat yang berbeda.
Dari hasil informasi intelijen yang didapat dari berbagai sumber, dianalisi forensik secara rinci dari lokasi kejadian. Membuka kembali data-data lama yang memuat berbagai kelompok teror ahli pembuat bom. Jawabannya, bom tersebut dibuat di kota Solo, Jawa Tengah.
Siapa pembuat bom tersebut?
Dari rangkaian penyelidikan yang panjang, munculah nama Supriyanto. Nama ini terendus dari kendaraan roda dua yang dipakai oleh Agus Muslim. Supriyanto pernah bersama Agus Muslim di Ciamis tidak lama sebelum kejadian.
Ternyata, Supriyanto di kalangan jaringan teror bukan orang sembarangan. Dia adalah pembuat bom yang ilmunya didapat secara tidak langsung dari Dr. Azahari Husin, warga Malaysia yang tewas dalam penggerebekan Densus 88 di kota Batu, Jawa Timur, tahun 2005.
Supriyanto ditangkap oleh Densus 88 pada hari Selasa, 1 Agustus 2023, beberapa hari yang lalu. Dari pengakuannya, terungkap bahwa bom Astana Anyar dibuat olehnya. Bahkan yang mencengangkan, dia dan kelompoknya masih berencana untuk membuat aksi-aksi bom berikutnya.
Diketahui, dari banyak alat bukti yang didapat tim Sidik Densus 88, masih ada beberapa rangkaian bom telah dipersiapkan untuk diledakkan di beberapa tempat hingga tahun 2024 mendatang.
Uniknya lagi, Supriyanto dan kelompoknya adalah sel aktif anggota jaringan teror lama yang masih aktif bergerak untuk merekrut “pengantin” dan membuat bom, dengan pendanaan yang didapat dari kotak sumbangan berkedok infaq.
Dalam beberapa minggu ini, Densus 88 sedang melakukan pendalaman dan pengembangan terhadap setiap orang yang terlibat dalam aksi teror bom Astana Anyar. Termasuk juga melakukan “crackdown” terhadap jaringan teror ini agar tidak terjadi lagi aksi-aksi bom yang membahayakan bagi seluruh masyarakat.
Kadensus 88, Irjenpol. Marthinus beserta seluruh Pejabat Utama Densus 88, akan turun langsung memimpin operasi “huntdown” ini.
Kadensus 88 meminta peran serta masyarakat untuk memberikan informasi kepada kepolisian jika menemukan hal-hal yang mencurigakan di lingkungannya.
“Mayarakat harus mampu membangun kesadaran kolektif atas marabahaya ideologi teror yang membajak simbol-simbol agama ini.” ujarnya.
Masyarakat juga diimbau tetap tenang. Sebab, tim berlogo burung hantu itu tidak pernah tidur, tetap bekerja demi terciptanya stabilitas keamanan masyarakat dan keutuhan NKRI. (*)