Mengenal Tiga Baju Pengantin Adat Kraton Sumenep

Pekaaksara

Kraton Sumenep
Salah satu peserta Festival Wedding Dream

SUMENEP, pekaaksara.com Festival Wedding Dream di Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, berlangsung meriah di Pendopo Kraton setempat, Minggu (4/2/2024).

Bagian dari Sumenep Calendar of Event 2024 ke 16 ini diikuti perwakilan dari 27 Kecamatan se Sumenep. Daratan maupun Kepulauan. Festival ini menjadi sebuah pagelaran yang istimewa. Baru kali pertama, namun antusias masyarakat begitu luar biasa.

Konsepnya, masing-masing peserta mengenakan baju pengantin adat budaya asli Sumenep. Mereka berjalan didepan banyak orang layaknya pengantin baru yang perlihatkan kepada undangan.

Ada tiga macam yang dikenakannya. Legha, Lilin dan Kapotren. Ketiga baju adat pengantin itu memiliki karakteristik yang berbeda dan biasa digunakan oleh putri raja Sumenep pada masanya. Masing-masing

‘Legha’ digunakan pada saat melakukan upacara adat malam pertama. Memiliki tiga perpaduan budaya. Kraton Sumenep, Makassar dan China.

Budaya adat Kraton Sumenep dapat dipahami melalui penggunaan warna busana yang glamor, merah dan kuning. China, terlihat dari hiasan rambutnya. Sedangkan Makassar, yaitu ada pada hiasan bagian baju yang terdapat manik-manik kecil mirip piring emas.

‘Kapotren’ merupakan baju adat pengantin yang dikenakan saat upacara malam kedua. Desainnya hampir mirip dengan ‘Legha’. Yang membedakan adalah menggunakan kebaya beludru yang mayoritas warna merah kombinasi songket. Menurut cerita, pertukaran antara beludru dengan songket.

Riasan tata rambutnya pun berbeda karena tidak menggunakan ganggong. Ganggong diambil dari pewarnaan air laut sehingga terlihat unik dan cantik saat dikenakan pengantin perempuan.

Sedangkan yang terakhir adalah baju adat ‘Lilin’ digunakan malam ketiga. Melangkan kesucian wanita yang sebentar lagi akan melakukan malam pertamanya. Warnanya mayoritas putih.

Baju adat lilin ini memiliki karakter yang berbeda daripada yang sebelumnya. Karena khas yang mencolok ada pada hiasan dikepala pengantin perempuan yang terdapat bunga melati dan dibentuk menyerupai lilin. Itulah kemudian kenapa disebut lilin.

Dan juga ada makna yang tersirat dari itu. Di bagian baju pengantin perempuan terdapat 9 titik lubang kecil. 9 lubang itu berada di bagian-bagin tubuh wanita.

Bupati Sumenep Achmad Fauzi Wongsojudo menyebut bahwa kegiatan ini untuk mengenalkan kekayaan budaya yang dimiliki kota keris. Termasuk dari sisi baju adat Kraton.

Termasuk edukasi bagi masyarakat Sumenep utamanya generasi-generasi muda yang akan mengalami massa-massa itu.

“Dengan menampilkan baju pengantin adat kraton Sumenep ini, masyarakat luas dapat mengetahui bahwa Sumenep kaya akan adat dan budaya. Termasuk mengenalkan kepada generasi muda yang nantinya mengalami massa-massa ini untuk dapat mengenakannya,” terangnya (*)

Baca Juga

Tinggalkan komentar

PASANG IKLAN DI SINI