BANGKALAN, pekaaksara.com — Korps Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Putri (KOPRI) Pengurus Cabang PMII Bangkalan kembali menunjukkan komitmennya terhadap isu kesetaraan dan keberlanjutan lingkungan.
Melalui Sekolah Kader KOPRI (SKK) VIII, yang mengusung tema “Mainstreaming Gender melalui Advokasi Perempuan dalam Agenda Ekonomi Hijau Bangkalan”, KOPRI berupaya mencetak kader perempuan yang tidak hanya tangguh secara intelektual, tetapi juga peka terhadap isu sosial dan ekologis.
Ketua KOPRI PC PMII Bangkalan, Mufidatul Ulum, menegaskan bahwa SKK VIII bukan sekadar proses kaderisasi formal, melainkan langkah nyata untuk membangun kesadaran kritis perempuan terhadap persoalan lingkungan yang semakin kompleks.
“Perempuan harus menjadi subjek aktif dalam advokasi lingkungan. Di Bangkalan, persoalan pencemaran dan kerusakan alam akibat aktivitas tambang tidak bisa lagi diabaikan. Air yang tercemar, udara kotor, dan rusaknya lahan produktif adalah bukti bahwa pembangunan kita masih jauh dari prinsip keberlanjutan,” tegasnya, Jumat (24/10/25).
Mufidatul juga menekankan pentingnya peran perempuan dalam mendorong agenda ekonomi hijau yang berkeadilan dan berpihak kepada masyarakat kecil. Menurutnya, keterlibatan perempuan dalam advokasi lingkungan merupakan bentuk nyata dari kepemimpinan sosial yang progresif dan solutif.
Kegiatan SKK VIII ini diikuti oleh kader KOPRI dari berbagai komisariat PMII se-Bangkalan dan menghadirkan sejumlah narasumber yang kompeten dalam bidang gender mainstreaming, kepemimpinan perempuan, serta advokasi lingkungan berbasis komunitas.
Dalam forum ini, KOPRI Bangkalan juga menyoroti maraknya pertambangan batu kapur di wilayah setempat yang dinilai telah menimbulkan pencemaran udara dan kerusakan ekosistem.
“Tambang-tambang di Bangkalan banyak yang beroperasi tanpa memperhatikan dampak sosial dan ekologisnya. Warga sekitar harus menanggung debu serta hilangnya ruang hijau. Pemerintah daerah harus hadir menegakkan regulasi dan memastikan pembangunan tetap berlandaskan prinsip keberlanjutan,” ujar salah satu pemateri dalam sesi diskusi.
Sebagai penutup, Mufidatul menyerukan agar semua pihak, baik pemerintah, masyarakat, dan aktivis muda bersinergi dalam mewujudkan ekonomi hijau yang inklusif dan berkeadilan.
“Isu lingkungan adalah isu kemanusiaan. Ketika alam rusak, perempuan dan anak-anaklah yang pertama merasakan dampaknya. Karena itu, advokasi lingkungan juga merupakan advokasi kemanusiaan,” tandasnya.
Melalui SKK VIII ini, KOPRI PC PMII Bangkalan berharap dapat melahirkan kader perempuan yang tangguh secara intelektual, berkarakter kritis, serta memiliki empati sosial dan kepedulian ekologis menuju Bangkalan yang lebih hijau, adil, dan berkelanjutan. (*)


