SUMENEP, pekaaksara.com – Dalam beberapa bulan terakhir, Kabupaten Sumenep mengalami lonjakan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD).
Menurut data dari Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (Dinkes P2KB) Sumenep, hingga Oktober 2024, tercatat 1.154 kasus DBD dengan 8 kematian.
Angka ini meningkat drastis dibanding empat tahun lalu. Di mana, tahun 2020 hanya tercatat sekitar 129 kasus. Tahun 2021 mencapai 160, tahun 2022 sebanyak 238 sedangkan 2023 mencapai 305 kasus.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Sumenep, Achmad Syamsuri mengatakan, peningkatan kasus DBD ini terjadi akibat beberapa faktor, termasuk musim yang tidak menentu, yang menciptakan lingkungan ideal bagi nyamuk Aedes aegypti untuk berkembang biak.
Selain itu, kurangnya kesadaran masyarakat mengenai pencegahan DBD juga turut berkontribusi pada melonjaknya angka kasus ini.
Pemerintah telah mengambil langkah-langkah untuk mengatasi masalah ini. Di tingkat daerah, Dinas Kesehatan melakukan sosialisasi tentang pentingnya pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dan menjaga kebersihan lingkungan.
Program fogging (pengasapan) juga diintensifkan di daerah yang teridentifikasi sebagai wilayah endemis.
Tingkat Kecamatan yakni Puskesmas, turut serta memberikan sosialisasi kepada masyarakat di masing-masing wilayah kerjanya terkait pentingnya pencegahan DBD.
Ia mengimbau masyarakat juga untuk lebih proaktif dalam melaporkan gejala DBD, seperti demam tinggi, nyeri sendi, dan ruam kulit, agar bisa mendapatkan penanganan medis dengan cepat.
Keberhasilan penanganan DBD sangat bergantung pada kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan pihak-pihak terkait.
“Kesadaran dan tindakan preventif yang konsisten diharapkan dapat menurunkan angka kasus DBD dan melindungi kesehatan masyarakat,” ujarnya, Jumat (11/10/2024).
Syamsuri memaparkan jumlah kasus DBD di 27 Kecamatan dengan 30 Puskesmas se Sumenep.
Kecamatan Pandian mencapai 66 kasus dan 1 kematian, Pamolokan 50, Kalianget 78, Talango 40 dan 2 kasus kematian, Saronggi 114 dan kasus 2 kematian, Bluto 111, Giligenting 19, Pragaan 85 kasus.
Kecamatan Guluk-guluk 39 kasus, Ganding 20, Lenteng 32, Moncek 37, Batuan 40, Rubaru 32, Pasongsongan 24, Ambunten 32, Dasuk 28 dan 2 kematian, Manding 9, Batu Putih 33.
Sementara di Batang-batang mencapai 39 kasus, Legung 35, Dungkek 47, Gapura 9, Gayam 25, Nonggunong 4, Raas 14, Masalembu 1, Arjasa 43, Kangayan 3 dan Sapeken 45 kasus.
“Kasus paling rendah itu di Masalembu,” paparnya (*)