Angka Kemiskinan di Sumenep Turun, Bupati Fauzi: Saya Kurang Puas dan Akan Evaluasi Beberapa Program

Pekaaksara

Angka kemiskinan
Bupati Sumenep, Achmad Fauzi Wongsojudo (Foto:Pekaaksara.com)

SUMENEP, pekaaksara.com – Angka kemiskinan di Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, terus mengalami penurunan di tahun ini. Tembus 18,70 persen berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS).

Meski begitu, Bupati Sumenep Achmad Fauzi Wongsojudo mengaku belum puas dengan capaian tersebut.

“Saya belum puas dengan capaian itu. Kedepan, kita akan membuat cara yang semakin baik untuk mengurangi angka kemiskinan,” katanya, Selasa (14/11/2023).

Pihaknya meyakini bahwa, naik maupun turunnya angka kemiskinan tidak hanya dialami Kabupaten Sumenep. Di daerah lain juga pasti mengalami hal yang sama.

Tetapi, dengan capaian itu menjadi bukti bahwa Pemkab Sumenep dibawah kepemimpinannya saat ini  benar-benar serius dalam menghentaskan kemiskinan.

Pihaknya akan terus berupaya dengan sungguh-sungguh agar angka kemiskinan di kota keris ini lebih rendah daripada tahun sekarang. Salah satunya mengevaluasi beberapa program-progam  yang dinilai belum maksimal.

“Meskipun angka kemiskinan turun sedikit, untuk tingkat pengangguran terbuka kita teredah di Jawa Timur,” katanya.

Sementara itu, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Sumenep, Ribut Hadi Candra membenarkan jika Sumenep mengalami penurunan angka kemiskinan yang mencapai 18,70 persen pada tahun 2023.

Begitu juga dengan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) yang mencapai 1,71 persen dan posisinya terendah di Jawa Timur. TPT Jawa Timur adalah 4,88 persen. Untuk Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja ( TPAK) di Sumenep mencapai 78,86 persen.

Dia menjelaskan, Tingkat pengangguran terbuka (TPT) naik bersamaan dengan peningkatan tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK). Hal ini menunjukkan bahwa ada peningkatan jumlah orang yang mencari pekerjaan, namun pasar tenaga kerja mungkin tidak mampu menyerap pertambahan tersebut.

Kemudian, adanya perubahan sektor ekonomi yang semula pertanian bergeser ke sektor lainnya seperti pertumbuhan industri dan perdagangan yang tidak sebanding, atau ketidak sesuaian keterampilan yan dimiliki dengan permintaan pasar kerja.

“Pengangguran banyak terjadi pada lulusan SMK dan Perguruan Tinggi. Biasanya,  mereka setelah lulus masih pilih-pilih pekerjaan yang sesuai,” ujarnya. (*)

Baca Juga

Tinggalkan komentar

PASANG IKLAN DI SINI