SUMENEP, pekaaksara.com – Masalembu, merupakan salah satu wilayah yang terletak di bagian utara Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur. Wilayah ini dikelilingi oleh perairan laut bebas, berjarak sekitar 112 mil laut dari pelabuhan Kalianget.
Masalembu memiliki tiga pulau, yakni Masakambing, Kramian dan Masalembu sendiri. Wilayah ini disebut-sebut ‘Segitiga Bermuda Indonesia’ setelah terjadi insiden tragis yang sempat menghebohkan.
Seperti, tenggelamnya KM Tampomas II pada 25 Januari 1981. Kapal itu terbakar ketika tengah bertolak dari Dermaga Tanjung Priok menuju Ujung Pandang. KM Tompamas II membawa 1.105 penumpang, 191 mobil dan 200 motor. AKibat insiden itu, 431 orang tewas termasuk kapten Abdul Rivai.
Juga hilangnya pesawat Adam Air yang membawa 102 penumpang. Secara kesimpulan, Adam Air jatuh menabrak permukaan air laut hingga terbelah menjadi dua bagian.
Namun, sebutan ‘Segitiga Bermuda Indonesia’ itu mendapat bantahan dari salah seorang warga Masalembu, Satria. Menurut pria yang juga sebagai penggiat pariwisata itu, bahwa, di Masalembu tidak mengenal istilah Segitiga Bermuda Indonesia. Dan diri nya tidak terima akan sematan itu karena seolah menghalangi warga luar untuk berwisata ke Masalembu.
“Buktinya apa kalau Masalembu Segitiga Bermuda Indonesia, siapa yang bisa membuktikan itu,” ujarnya, Senin (18/3/2024).
Terkait hilangnya kontak Maskapai Adam Air, kata dia, tidak diketahui bahkan belum ada penjelasan secara resmi bahwa jatuhnya di perairan Masalembu.
Kemudian, tenggelamnya KM Tampomas II bukan karena disebabkan oleh ombak Masalembu. Jika pun mempertanyakan tenggelamnya kapal, berapa banyak insiden dibanding perairan lain.
“Kecelakan kapal bisa terjadi kapan dan dimana saja, jangan langsung kemudian di klaim karena melewati perairan Masalembu, itu salah. Lebih ekstrime mana dibanding laut Selatan dan Arafuru,” katanya.
Insiden keduanya itu, kata dia, bukan karena keangkeran perairan Masalembu, hanya kebetulan insiden tersebut berada di perairan Masalembu.
Masalembu ini, merupakan gerbang Indonesia Barat dan Timur. Setiap kapal yang melintas tujuan Kalimantan, Sulawesi mau pun ke pulau Timur, pasti melewati Masalembu. Begitu pula pelayaran yang dari arah Timur ke arah Surabaya dan Jakarta.
“Ketika ada kapal tenggelam di perairan Masalembu ya wajar karena mendaratnya pasti ke Masalembu,” jelas Satria.
Dan tidak ada sedikitpun wilayah Masalembu berada di wilayah pertemuan tiga arus antara Selat Makassar, Laut Timur dan Jawa. Posisi Masalembu berada di sebelah barat jauh dari lokasi perairan tiga selat tersebut.
“Kepualauan Masalembu tidak terletak di tengah-tengah pertemuan tiga arus antara Makassar, Jawa maupun laut timor seperti yang diungkapkan beberapa media. Lalu apa alasan nya Masalembu disebut Segitiga Bermuda Indonesia,” ungkap dia.
Perairan Masalembu memiliki ketinggian 50 meter. Tidak heran ketika ombak di perairan Masalembu besar. Disana ada Mercusuar atau penanda bagi kapal-kapal yang sedang berlayar bahwa, di wilayah tersebut perairan dangkal.
Warga lokal menilai, sebutan yang benar bagi Masalembu adalah Segitiga Pesona Indonesia, bukan Segitiga Bermuda Indonesia. Segitiga Pesona Indonesia itu mencerminkan tiga pulau yang memiliki keindahan serta keunikan yang berbeda, yakni Masakambing, Masalembu dan Karamian.
“Masalembu itu bukan Segitiga Bermuda Indonesia, tetapi Segitiga Pesona Indonesia. Ketika wisatawan ke Masalembu, akan menemukan banyak keindahan serta keunikan dari berbagai sisi. Bukan menakutkan,” tegasnya.
Seperti di Masakambing. Selain pantai yang eksotis, juga terdapat wisata hutan Mangrove, dan bila beruntung akan melihat sangkar burung kakatua jambul kuning kecil yang sampai saat ini tersisa 26 ekor se dunia.
Kramian sendiri, wilayah penghasil teripang dan air laut nya memiliki tujuh lapis warna berjenjang mirip kue lapis. Bahkan ada sumur yang posisinya berada di bibir pantai namun air nya tawar.
Dia pun menegaskan, penyebutan bagi pulau yang secara geografis masuk wilayah Kabupaten Sumenep ini bukan Masalembo, tetapi Masalembu.
“Setiap orang yang ke Masalembu, walau pun menempuh perjalanan panjang dari Kalianget atau Surabaya akan tidak terasa karena ditemani oleh keindahan air lautnya yang tenang di kala cuaca mendukung,” tukasnya (*)