SUMENEP, pekaaksara.com — Sebuah malam penuh budaya dan makna tersaji di Helmi Art Museum Sumenep, Selasa (25/11/25). Museum yang berada di Kecamatan Bluto itu menggelar peringatan 20 tahun ditetapkannya keris sebagai Warisan Budaya Takbenda oleh UNESCO.
Acara berlangsung khidmat namun meriah, menghadirkan para pemerhati budaya, seniman, serta tokoh penting daerah.
Wakil Bupati Sumenep, KH. Imam Hasyim, turut hadir memberikan apresiasi atas peran Helmi Art Museum dalam merawat warisan budaya Tosan Aji Nusantara, khususnya keris dan tombak Sumenep yang telah menjadi identitas sejarah dan spiritual masyarakat Madura.
Dalam sambutannya, pemilik Helmi Art Museum, Helmi, menegaskan bahwa peringatan ini bukan sekadar seremonial, melainkan momen penting untuk meneguhkan posisi keris sebagai simbol peradaban Sumenep.
“Keris bukan hanya artefak atau simbol daerah. Lebih dari itu, keris adalah jiwa. Bila keris benar-benar menjadi Jiwa Kabupaten Sumenep, maka ia harus mampu memberi manfaat, kemakmuran, dan kebanggaan bagi seluruh masyarakat,” ujar Helmi, Rabu (26/11/25).
Helmi dikenal sebagai sosok yang gigih dan visioner. Lahir di Sumenep pada tahun 1980, hidupnya ditempa berbagai kesulitan sejak kecil. Namun kecerdasan, keberanian mengambil peluang, dan ketangguhannya menghadapi risiko menjadikannya pribadi yang kuat.
Ketertarikannya pada keris bermula dari sang kakek, seorang veteran perang kemerdekaan, yang tak hanya mengajarkan nilai-nilai perjuangan, tetapi juga filosofi keris dan tombak Sumenep, termasuk spiritualitas yang menyertainya.
Dari warisan ilmu sang kakek itulah Helmi tumbuh menjadi salah satu penggerak budaya Tosan Aji Nusantara yang berpengaruh.
Pergerakannya melampaui Sumenep, menjangkau Madura dan berbagai wilayah Indonesia, hingga namanya dikenal di kalangan pecinta keris nasional.
Lima Tahun Perjalanan Museum Hingga Diresmikan Menteri
Puncak perjalanan panjang Helmi terwujud saat ia mulai membangun Helmi Art Museum Sumenep pada 2021 di Dusun Pandeman, Desa Sera Barat, Kecamatan Bluto.
Ia mengumpulkan puluhan artefak Tosan Aji Nusantara, terutama keris dan tombak Sumenep, dengan fokus pelestarian filosofi, artistik, dan sejarahnya.
Setelah melewati proses kurasi dan pembangunan hampir lima tahun, museum tersebut akhirnya dihresmikan pada 30 Januari 2025 oleh Menteri Kebudayaan Republik Indonesia, Fadli Zon.
Sejak diresmikan, museum ini menjadi salah satu pusat literasi budaya keris di Indonesia, sekaligus destinasi edukatif yang menarik minat kolektor, peneliti, serta wisatawan.
Momentum 20 Tahun UNESCO sebagai Penguatan Identitas Sumenep
Peringatan 20 tahun pengakuan UNESCO ini menjadi momentum penting bagi Sumenep untuk menegaskan diri sebagai salah satu pusat peradaban keris Nusantara.
Lewat museum ini, Helmi berharap generasi muda semakin memahami bahwa keris bukan hanya pusaka, tetapi juga sumber nilai, filosofi, dan harmoni kehidupan.
Acara ditutup dengan pertunjukan seni tradisi, dialog budaya, serta pameran spesimen keris dan tombak langka dari koleksi Helmi Art Museum.
Dengan kiprah yang konsisten dan visi besar menjadikan keris sebagai Jiwa Kabupaten Sumenep, Helmi terus menginspirasi bahwa pelestarian budaya adalah perjalanan panjang yang membutuhkan dedikasi, keberanian, dan cinta yang mendalam pada tanah kelahiran (*)


