Terbius Oleh Panorama Senja di Pulau Oksigen Giliyang Sumenep

Pekaaksara

pekaaksara.com, Sumenep – Pulau Giliyang Kabupaten Sumenep, kembali berhasil menyedot perhatian wisatawan. Kali ini, bukan karena kadar oksigennya, namun panorama senjanya.

Panorama senja di pulau Giliyang, seolah menyimpan keindahannya tersendiri. Perpaduan warna langit biru dan jingga dari matahari yang akan terbenam di laut lepas, membentuk ukiran indah yang terpampang sangat nyata di seberang barat Pulau Giliyang.

Gradasi warna cahaya senja, mulai dari kuning kemerahan, jingga, perpaduan jingga dan warna biru langit yang menjadikannya ungu, sampai akhirnya semakin gelap dan matahari tenggelam secara sempurna.

Untuk menikmati panorama senja itu, pengunjung bisa datang tepat pukul 16.00 WIB di Giliyang. Dari dermaga Dungkek, bisa berangkat dari sekitar pukul 15.30 WIB.

Suara mesin kapal, deburan ombak laut dan obrolan lirih warga sekitar, bukanlah bunyian yang mengganggu. Melainkan memberi kesan hangat, bagi pengunjung yang sedang duduk di dermaga Giliyang, untuk menyaksikan coretan-coretan warna estetik dari cahaya matahari yang akan terbenam.

Pemandangan tersebut, kian disempurnakan dengan sejumlah perahu dari ukuran kecil hingga besar, yang sedang menuju ke dermaga Giliyang.

Tak luput, berbagai aktivitas nelayan dan awak kapal di daerah setempat.

Ditambah dengan kerlap-kerlip lampu dari pulau seberang juga menjadi pelengkap wisatawan untuk menuntaskan waktu sore mereka di Giliyang.

Salah seorang wisatawan asal Sumenep Nurul Khasanah mengaku sangat takjub dengan suasana lepas laut yang menyajikan panorama senja yang sangat sempurna di Pulau Giliyang.

Meski Nurul telah sering melihat pemandangan matahari terbenam di laut lepas, namun tidak dengan suasa sejuk dan jauh dari hiruk pikuk bunyi kendaraan bermotor di Pulau Oksigen tersebut.

Menurut Nurul, menghabiskan waktu sore menjelang malam di dermaga Pulau Giliyang telah memiliki kesan yang berbeda baginya.

“Kalau melihat senja sudah sering, tapi di Giliyang ini mungkin karena sunyi dan tidak banyak kendaraan bermotor ya, jadi beda gitu kesannya,” jelasnya, Minggu (7/5).

Dan kepuasan wisatawan akan semakin bertambah, jika di dermaga disediakan spot-spot menarik dan juga fasilitas seperti kafe atau warung kopi (Warkop), untuk tempat duduk dan bersantai.

“Kalau ada spot untuk duduk atau mungkin kafe atau Warkop gitu. Ini pasti makin keren,” katanya.

Menuju Pelabuhan Giliyang, penumpang menaiki perahu dari Dermaga Dungkek dengan jarak temouh 30 menit. (*)

Baca Juga

Tinggalkan komentar

PASANG IKLAN DI SINI