SUMENEP, pekaaksara.com – Wakil Presiden RI Ma’ruf Amin memaparkan empat isu global yang menjadi perhatian dunia saat ini di hadapan civitas akademika Unija, Sumenep, Madura, Rabu (09/08/2023).
Pertama, eskalasi tensi geopolitik, utamanya akibat rivalitas antara Amerika Serikat dengan China, dan invasi Rusia ke Ukraina.
Kondisi itu, telah memicu instabilitas ekonomi dan keuangan dunia, serta berdampak luas hingga ke urusan domestik bangsa-bangsa.
Kedua, planet bumi juga semakin memanas akibat krisis iklim. Krisis iklim adalah ancaman eksistensial bagi kemanusiaan dan teritori negara.
Berdasarkan laporan PBB baru-baru ini, terang Wapres, krisis iklim telah mengakibatkan tinggi permukaan laut terus mengalami peningkatan secara cepat, yang dapat berdampak pada hilangnya teritori negara.
“Laporan BRIN mengkonfirmasi hal ini. BRIN memperkirakan, 115 pulau di Indonesia akan tenggelam pada tahun 2100 akibat kombinasi dua persoalan yang disebabkan perubahan iklim, yaitu peningkatan permukaan air laut dan penurunan permukaan tanah,” ungkapnya.
Kemudian isu ketiga, semakin masifnya penggunaan kecerdasan buatan (artificial intelligence). Menurutnya, kecerdasan buatan diproyeksikan akan mengubah kehidupan manusia dan akan terus berlangsung selama beberapa generasi.
“Meskipun demikian, kemampuan kecerdasan buatan untuk menggantikan kreativitas dan inovasi alamiah manusia masih diragukan,” ujarnya.
Terakhir, isu demografi, yakni jumlah pemeluk Islam yang tumbuh paling cepat di dunia. Saat ini terdapat sekitar 2 miliar populasi muslim global, dan Indonesia menjadi rumah bagi lebih dari 230 juta penduduk muslim.
“Pada tahun 2050, Islam diperkirakan menjadi agama dengan pemeluk terbanyak di dunia,” katanya.
Seluruh isu strategis tersebut beserta persoalan global lainnya, menuntut seluruh elemen bangsa untuk melakukan refleksi guna merumuskan kebijakan terbaik agar bangsa Indonesia dapat mengatasi aneka tantangan yang muncul dan terus maju mewujudkan target-target pembangunan.
“Refleksi yang akan membuahkan kebijakan serta keputusan yang presisi mensyaratkan kejelian dalam menilai fakta-fakta, serta ketangkasan dalam mendayagunakan intelektualitas, keahlian, serta peluang,” ujarnya.
Di sinilah peran edukasi, menjadi sangat vital. Menurutnya, rendahnya level dan kualitas pendidikan dapat memicu asumsi dan simpulan yang keliru atas urusan-urusan domestik dan global, sehingga dapat melahirkan keputusan dan langkah yang keliru pula.
“Sementara, nyaris setiap hari kita dihadapkan pada pertaruhan dalam memutuskan persoalan yang menyangkut hajat diri sendiri, masyarakat, dan negara,” sebutnya.
Oleh sebab itu, Wapres menitipkan tugas untuk terus merawat eksistensi dan mendorong kemajuan negara Indonesia, di tengah ketidakpastian dan persoalan global yang semakin kompleks.
“Kita telah memancangkan cita-cita yang tinggi, yaitu menjadi negara maju. Berbagai prediksi dari lembaga yang kredibel menyuarakan optimisme bagi masa depan Indonesia yang cerah,” ungkap Wapres.
Untu merealisasikannya, sambung Wapres, dibutuhkan kerja, karya, dan upaya dari semua lini, khususnya dari kaum terdidik bangsa Indonesia. (*)