SUMENEP, pekaaksara.com – Insiden bentrok antara dua grup Tong-tong usai tampil di Festival Dewi Cemara, Kabupaten Sumenep, Madura, menyedot perhatian banyak orang.
Pasalnya, yang seharusnya tidak dilakukan justeru menjadi kenyataan. Apalagi bertepatan dengan pagelaran yang melibatkan Kabupaten/Kota se Jawa Timur.
“Ini benar-benar memalukan,” kata salah satu pengamat Budaya Sumenep, Syaiful Anwar, Sabtu (04/11/2023).
BACA JUGA : Polisi Akan Usut Tuntas Insiden Memalukan di Dewi Cemara Sumenep
Dia menegaskan, pertunjukan Tong-tong untuk menjalin persaudaraan bukan tawuran.
Kata dia, fanatik terhadap apapun sah-sah saja tetapi harus tau batasan dimana itu harus dilakukan dan perlu dihindari. Bukan lantas secara keseluruhan fanatisme.
Menurutnya, jika terlalu fanatik dengan apapun dimungkinkan tak bisa mencerminkan perbedaan justeru akan semakin memperlihatkan kebodohannya karena tidak mampu menguasai situasi, tapi hanya tau menyalahkan.
“Contoh dasarnya begini. Ketika terlalu fanatik bisa dimungkinkan apa yang kita sendiri sukai salah dimata orang lain. Begitu sebaliknya, apa yang kita sukai belum tentu yang lain suka. Makanya, jangan terlalu fanatik,” tegasnya.
“Lebih baik, nikmati saja alurnya tanpa harus saling menjatuhkan,” imbuhnya.
Sebagai penikmat seni, boleh merasakan keindahan alunan lagu-lagu musik Tong-tong tapi tidak dengan ikut campur dalam urusan pribadi atau bahkan sampai merusak citra seni musik itu sendiri.
Pihaknya tidak mau terlalu banyak komentar, tapi yang jelas sebagai warga Sumenep meminta agar kedua grup musik Tong-tong termasuk oknum yang membuat gaduh segera meminta maaf kepada seluruh warga Sumenep.
“Kalau gantle, minta maaf karena itu bisa saja kesalahan diri sendiri yang tanpa disadari. Intinya, segera mintaa maaf,” tegasnya. (*)