Fantastis, Panitia Pragaan Fair 2025 Raup Pendapatan Hampir Rp50 Juta dari Tarif Stand

pekaaksara.com

Stand paling Utara di pagelaran Pragaan Fair 2025. (Iqb/pekaaksara.com)

SUMENEP, Pekaaksara.com – Panitia Pragaan Fair 2025 sukses meraup cuan besar dari tarif stand yang dibebankan kepada peserta UMKM. Total pendapatan dari sektor ini nyaris menyentuh angka Rp50 juta, belum termasuk potensi sponsor, donatur, maupun sumber anggaran dari lembaga lain.

Berdasarkan hasil investigasi media ini, skema pendapatan panitia berasal dari dua kategori tarif stand: dalam lapangan dan luar lapangan. Untuk stand dalam lapangan, tarif dipatok Rp750 ribu per unit. Dengan komposisi 12 stand di baris selatan, 22 di baris tengah, 12 di baris utara, dan 14 di baris timur, panitia mengantongi pendapatan bersih sebesar Rp45 juta.

Tak berhenti di situ, sisi paling utara lapangan juga disulap menjadi deretan stand tambahan. Sebanyak 12 stand luar lapangan disewakan dengan tarif Rp300 ribu, menghasilkan tambahan pendapatan Rp3,6 juta.

Selain pungutan stand, panitia juga menarik biaya listrik dari seluruh peserta. Sebanyak 72 stand dikenai tarif Rp10 ribu, dengan total tambahan pemasukan Rp720 ribu.

Jika dijumlahkan, total pendapatan panitia dari seluruh pungutan tersebut mencapai Rp49,32 juta. Angka ini belum termasuk jika ada tambahan dari sektor lain seperti kontribusi desa, sponsor, atau partisipasi lembaga swasta.

Namun, di balik angka yang fantastis itu, muncul suara-suara keberatan dari pelaku UMKM lokal. Mereka menilai, tarif stand yang tinggi justru membebani, bukan memberdayakan. Terlebih, jumlah pengunjung setiap hari tidak selalu stabil.

“Bayar mahal, belum tentu balik modal. Apalagi kalau sepi. Jelas ini bukan untung, malah nombok,” ujar salah satu pelaku UMKM peserta fair yang meminta identitasnya tidak disebutkan.

Nada lebih keras datang dari Abd. Hannan, tokoh muda Pragaan. Ia menilai orientasi panitia sudah terlalu dominan pada keuntungan. Menurutnya, tarif yang tinggi semacam itu justru mencederai semangat pemberdayaan ekonomi rakyat.

“Kegiatan semacam ini mestinya jadi ruang tumbuh bagi UMKM, bukan jadi ladang untuk merampok secara halus. Kalau begini caranya, rakyat hanya jadi objek, bukan subjek,” tegasnya.

Upaya klarifikasi telah dilakukan media ini dengan menghubungi Camat Pragaan, Indra Hermawan, yang disebut terlibat dalam struktur panitia. Namun, hingga berita ini diturunkan, tidak ada respons baik dari panggilan telepon maupun pesan WhatsApp yang dikirim.

Minimnya transparansi dan besarnya angka yang dikantongi panitia makin memunculkan tanda tanya publik: ke mana aliran dana hampir Rp50 juta itu mengalir? Masyarakat pun menanti penjelasan terbuka soal pemanfaatan anggaran, agar gelaran Pragaan Fair tak berubah jadi ladang bisnis terselubung atas nama pesta rakyat. (*)

(Iqb/pekaaksara.com)

Baca Juga

[addtoany]

Tinggalkan komentar

PASANG IKLAN DI SINI