SUMENEP, pekaaksara.com – Sejumlah Sekolah Dasar (SD) di bawah lingkungan Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, sudah menerapkan sekolah responsif gender. SDN Bluto 1 dan SDN Kapedi 2.
Ketua KKKS Kecamatan Bluto, Ratna Ningsih mengatakan bahwa, program nasional tersebut sudah dijalankan oleh dua lembaga itu setelah sosialisasi dari Disdik Sumenep beberapa waktu lalu.
“Alhamdulillah kepala sekolah dan tenaga pendidik langsung gerak ceoat menerapkan program itu. Kami sangat bersyukur,” ungkapnya, Sabtu (7/9/2024) di Bluto.
Sekolah responsif gender sangat dirasakan manfaatnya. Anak didik yang sekarang sudah bisa menjadi lebih baik, tidak saling membedakan satu sama lain dan bahkan dalam menjalin kekompakan semakin tinggi.
“Namanya anak-anak pasti ada lah yang suka jengkel. Tapi, setelah kita terapkan betul, mereka (siswa.red) jarang melakukan ejekan kepada temanya yang lain,” katanya.
Keberhasilan ini merupakan hasil kerja sama tenaga pendidik, pengawas dan KKKS Kecamatan Bluto untuk menyelamatkan penerus bangsa dari kekerasan, bullying dan kasus-lain terhadap anak.
Sementara itu, Kabid GTK Disdik Sumenep Akhmad Fairusi mengapresiasi langkah cepat dan tegas lembaga yang sudah menjalankan program tersebut.
Pihaknya mendorong sekolah-sekolah lain terutama di bawah naungannya untuk segera mungkin menerapkan itu secara baik dan maksimal.
“Kita tidak ingin terjadi kasus-kasus seperti yang sudah terjadi. Hindari,” tegas Fairus.
Pihaknya pun mengimbau tenaga pendidik untuk tidak melakukan perilaku di luar batas sebagai pelayan masyarakat dalam dunia pendidikan. Misalnya, selingkuh, membedakan hak yang harusnya diterima oleh siswa.
Guru, jelasnya, digugu dan ditiru. Digugu berarti perilaku dan perkataan bisa dipertanggungjawabkan, sedangkan ditiru sendiri berarti setiap sikap dan perbuatannya pantas dijadikan tauladan oleh siswa.
“Jika ada yang merujuk ke hal itu, kita harus sama-sama mengingatkan. Cegah persoalan-persoalan yang dapat merusak moral sedini mungkin,” tukasnya (*)