SUMENEP, pekaaksara.com – Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di Kecamatan Batuan, Sumenep, kini menghadapi masalah overload akibat volume sampah yang terus meningkat setiap harinya.
Mengatasi itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Sumenep, Arif Susanto, mengungkapkan bahwa kondisi tersebut dinilai sangat berisiko, terutama saat musim kemarau dan hujan.
Sampah yang menumpuk bisa menyebabkan kebakaran pada musim kemarau, sehingga rutin dilakukan penyiraman. Sementara di musim hujan, air lindi sering meluap dan mencemari lingkungan.
Untuk mengatasi masalah tersebut, DLH Sumenep telah mengembangkan solusi inovatif yang mengubah sampah menjadi energi terbarukan. Salah satu langkah awal adalah mengolah air lindi sampah menjadi pupuk cair sejak tahun 2023.
“Hasil penelitian dan penerapan metode ini telah menunjukkan perkembangan positif,” ungkap Arif, Rabu (12/2/2025).
Pada tahun 2024, DLH Sumenep juga membeli alat pengolah sampah menjadi energi terbarukan (Refuse Derived Fuel/RDF), yang bertujuan mengurangi penumpukan sampah yang terus bertambah.
“Alat ini, meskipun kapasitasnya masih terbatas pada 20 ton per hari, sudah mulai diuji coba dan kami harapkan dapat mengurangi volume sampah yang masuk,” terang Arif.
Setiap harinya, TPA Batuan menerima sekitar 38 ton sampah. Dengan adanya teknologi RDF, 20 ton sampah dapat diolah menjadi energi terbarukan. Selain itu, DLH juga memperkenalkan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) untuk mengelola air lindi agar tidak mencemari lingkungan sekitar.
Sistem RDF juga memiliki kemampuan untuk memisahkan sampah organik dan non-organik secara otomatis. Hasil pengolahan sampah ini telah berhasil dipasarkan kepada PT Solusi Bangun Indonesia (SBI), konsorsium semen besar di Indonesia.
“Pengolahan sampah ini rencananya akan dikirim ke pabrik semen di Tuban. Keuntungan dari penjualan sampah yang diolah ini nantinya akan menjadi Pendapatan Asli Daerah (PAD),” tambah Arif (*)