SUMENEP, pekaaksara.com – Dunia perfilman tanah air kembali bersiap menyuguhkan karya bernuansa lokal yang sarat makna. Bumi Selatan Production tengah mempersiapkan film terbarunya berjudul Sangkal Sangkol, sebuah drama psikologis berlatar kawasan pesisir timur Kabupaten Sumenep, tepatnya di desa Badur, Kecamatan Batang-batang.
Disutradarai oleh Ridho M. Subastian, Sangkal Sangkol akan mengangkat kisah pilu seorang pemuda yang tumbuh dengan bayang-bayang kelam masa kecilnya. Mengusung tema keluarga, trauma, dan warisan budaya, film ini menuntut pendalaman karakter yang kuat dari para pemerannya.
Saat ini, proses pencarian aktor tengah berlangsung. Delapan karakter utama dibutuhkan, masing-masing dengan ciri khas dan latar psikologis yang kompleks. Menariknya, dalam proses seleksi ini, kemampuan berbahasa Madura dengan logat khas daerah Badur menjadi salah satu syarat penting.
“Awalnya kami membuka casting khusus untuk warga Madura, terutama Sumenep. Tapi ternyata minatnya meluas. Sudah ada sekitar 30 peserta yang mendaftar, termasuk dari Surabaya dan Malang,” ujar Ridho saat ditemui, Jumat (9/5/2025).
Menurutnya, seleksi akan dilakukan oleh lima orang tim kreatif, termasuk dirinya sendiri, penulis naskah, dua asisten sutradara, serta produser. Kriteria penilaian mencakup kefasihan berbahasa Madura, pendalaman karakter, serta kemampuan improvisasi.
“Karena film ini sangat kental dengan nuansa lokal, kami ingin aktor yang bukan hanya bisa berbahasa Madura, tapi juga memahami logat khas Badur. Itu penting agar cerita terasa otentik,” tambahnya.
Casting dijadwalkan berlangsung pada Sabtu, 11 Mei 2025, di salah satu kafe di pusat kota Sumenep. Bagi masyarakat yang tertarik dan merasa memiliki karakter yang sesuai, kesempatan ini terbuka luas.
“Selain sebagai ajang pencarian bakat, ini juga bisa jadi wadah bagi anak muda Madura dan sekitarnya untuk unjuk kemampuan dalam dunia seni peran,” pungkas Ridho.
Dengan latar budaya lokal yang kental dan cerita yang emosional, Sangkal Sangkol digadang-gadang akan menjadi film yang tak hanya menghibur, tetapi juga menggugah kesadaran tentang pentingnya memahami masa lalu dan identitas diri (*)
